Kemerdekaan
yang kita nikmati sejak 67 tahun lalu hingga saat ini, akan terasa begitu kosong
bila kita tidak mengetahui dari mana awalnya dan bagaimana gerakan perjuangan
itu sampai pada detik-detik menjelang berkumandangnya Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia hingga ke semua penjuru dunia.
Ende, sebuah
kota kecil dibagian tengah Pulau Flores – NTT tidak bisa terpisahkan begitu
saja dari sejarah kemerdekaan negeri ini. Kota kecil ini bukanlah Jawa pada
saat itu, tapi masyarakat dan kehidupan kota kecil ini telah banyak memberikan
inspirasi dalam gerakan revolusi seorang Bung Karno sampai pada puncaknya tanggal:
17 Agustus 1945.
Kota Ende
adalah tempat dimana Bung Karno menjalani masa pembuangannya sebagai tahanan
politik pemerintah Hindia Belanda dari tahun 1934 s/d 1938. Alangkah berdosanya
sebagian masyarakat negeri ini yang tidak mengetahui bagaimana Kota Ende yang
adalah rentetan skenario dan napak tilas perjuangan salah seorang pendiri
negeri ini. Saat-saat pertama menjalani kehidupan di Ende, Bung Karno merasakan
seolah berada di ujung dunia dan semangat revolusinya bagai berada dalam
kurungan. Namun irama hidup perjuangan seorang Bung Karno, telah membuatnya mampu
merubah situasi sulit ini dengan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan kekuatan
revolusi yang baru.
Klub Tonil
Kelimutu adalah nafas perjuangan Bung Karno di Ende. Bersama rakyat kecil yang
tidak mengerti apa-apa, Bung Karno seolah membangun sebuah benteng pertahanan
rahasia yang tidak pernah terdeteksi oleh pemerintah Belanda. Bung Karno
membentuk komunitas masyarakatnya sendiri yang hanya terdiri dari para petani
dan pemetik kelapa, para nelayan dan para pemuda yang tidak mempunyai
pekerjaan. Bersama masyarakat sederhana yang tidak mengerti apa-apa tentang
politik inilah Bung Karno membangun sebuah kekuatan baru.
Dengan terbentuknya
Klub Tonil Kelimutu ini, Bung Karno menanamkan semangat perjuangan ke dalam diri
sahabat-sahabatnya. Harapan akan suatu bangsa yang merdeka dan Indonesia yang
berdaulat semakin dikobarkannya dan menyala-nyala dilubuk jiwa mereka.
Kesibukan baru pun mulai dijalani Bung Karno dengan menulis naskah-naskah
sandiwara yang ia pentaskan bersama komunitas kecilnya. Kecil dalam jumlah tapi
semangat mereka bagai karang yang menantang ombak. Selama masa pembuangannya di
Ende antara tahun 1934 – 1938, Bung Karno menulis 12 naskah sandiwara yang
semuanya bernafaskan revolusi untuk memerdekaan Indonesia.
Ende bukanlah
Jawa, dimana Bung Karno selalu berteriak lantang dalam orasinya bagai singa
podium. Namun lewat naskah-naskah sandiwara yang ditulis dan dipentaskan itu,
Bung Karno mampu merasuki jiwa kaum muda di Ende untuk terus berjuang tanpa ada
kata menyerah. Sandiwara-sandiwara yang ditulis oleh Bung Karno di Ende antara
lain: Rendo, Rahasia Kelimutu, Jula
Gubi, Koetkoetbi, Anak Haram Djadah, Maha
Iblis, Aero-Dynamiet, Dr. Sjaitan, Amoek, Sanghai
Rumba, Ngera Ende dan Indonesia ’45.
Naskah Tonil
atau sandiwara-sandiwara yang ditulis oleh Bung Karno, selalu memiliki hubungan
yang erat diantara satu dengan yang lainnya serta merupakan kelanjutan cerita
dari yang sebelumnya. Misalnya dalam sandiwara “Dr. Sjaitan,” “Kutkutbi,” dan “Aero
Dinamit” selalu berkaitan dan ada suatu hal yang tidak disadari adalah seperti ramalan
hari kemerdekaan Republik Indonesia. Dr. Sjaitan adalah seorang dokter
yang membangun sebuah laboratorium dengan tujuan khusus yaitu; menghidupkan
orang yang sudah meninggal. Para pekerja di laboratorium itu termasuk
dokternya, berjumlah delapan orang (bulan kemerdekaan Indonesia?).
Laboratorium itu memiliki sebuah pipa yang panjangnya empat puluh lima meter (tahun
kemerdekaan Indonesia?). Di dalamnya terdapat sebuah meja operasi yang
ditutupi kain warna putih. Setiap mayat yang dibawa ke sana untuk diambil
bagian tubuhnya, diletakkan di atas meja operasi dan ditutupi kain warna
merah (kedua warna bendera Indonesia?). Misi Dr. Sjaitan adalah hendak
membentuk seorang manusia baru yang berasal dari kumpulan bagian tubuh yang
berbeda dari orang-orang yang telah meninggal. Untuk menjalankan misinya, Dr.
Sjaitan dibantu oleh seorang mantri atau pembantu dokter. Dalam lanjutan
ceritanya; setelah bagian tubuh yang lainnya telah siap, kini tinggal tangan
kanan yang masih harus ditemukan. Tiba-tiba datang khabar bahwa ada seorang
yang baru saja meninggal, dan pembantu dokter menjelaskan bahwa tempat orang
meninggal tersebut berada di satu tempat antara Km 16 dan Km 18 (angka
antara 16 dan 18 adalah 17 – tanggal kemerdekaan Indonesia?).
Mayat tersebut lalu dibawa ke meja operasi dan diambil tangan kanannya untuk
ditambahkan pada sosok manusia baru yang siap untuk dihidupkan. Sosok manusia
mati ini akhirnya dihidupkan dengan bantuan setrum ilahi yang berasal dari
kilat dan guntur yang dihubungkan ke meja operasi melalui kabel yang dipasang
pada pipa raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Manusia baru ini diberi nama
robot. Cerita tentang robot ini dilanjutkan dalam sandiwara yang berjudul “Kutkutbi.”
Kutkutbi yang tidak lain adalah robot yang hidup, di dalam dirinya terdapat
energi supranatural yang bukan main besarnya sehingga setiap tempat yang
dilaluinya termasuk sawah, kebun, maupun rumah masyarakat sekitar pasti musnah
dan hancur berantakan. Masyarakat pun beramai-ramai melakukan protes terhadap sang
dokter yang menciptakan Kutkutbi atau sang robot tersebut. Dokter kemudian
menemukan ide untuk menghancurkan robot ciptaannya itu. Selanjutnya kisah
penghancuran robot ini diceritakan dalam sandiwara yang berjudul “Aero Dinamit”.
Pertama sang dokter menyuntik robot dengan racun namun tidak mempan. Siapa yang
memegang sang robot akan terkena racun yang sama. Maka sang dokter memutuskan
untuk menciptakan sebuah dinamit yang dapat menghancurkan sang robot. Tepat
pada jam 12 siang, sang robot datang untuk makan dengan menggunakan sebuah
pipa. Dinamit telah diletakkan di dekat tempat makannya, dan ketika sang robot
sedang makan dinamit itu pun diledakkan maka robot itu pun hancur.
Seperti tiga
sandiwara Bung Karno yang berkelanjutan di atas, begitu juga
sandiwara-sandiwaranya yang lain. Nafas utama dari semua sandiwara yang ditulisnya
adalah: nafas revolusi dengan tujuan ganda, yaitu: sebagai sarana pendidikan
politik bagi masyarakat, sekaligus sebagai lokomotif yang membangkitkan
semangat perjuangan dalam diri mereka. Setelah Bung Karno dipindahkan ke
Bengkulu pada tahun 1938, ada beberapa sandiwara yang dipentaskan kembali di
Ende dengan mendapat persetujuan langsung dari Bung Karno.
Bung Karno
bagi sahabat-sahabatnya dan bangsa Indonesia adalah seorang pemersatu.
Keistimewaan Bung Karno lainnya yang ditanamkan dalam diri para sahabatnya di
Ende adalah sikap keterbukaan, kerja keras dan pantang menyerah. Beliau akan
dengan terus terang menegur dan memarahi sahabatnya yang malas atau kedapatan
melakukan kesalahan. Semua itu dilakukan Bung Karno dengan tulus dan terus
terang.
Kepada para
sahabatnya, beliau selalu menekankan semangat kerja keras agar tidak selalu
tunduk pada penjajah. Pada saat hendak meninggalkan Ende, Bung Karno berpesan
khusus kepada para sahabatnya untuk terus bekerja keras agar dapat membayar
pajak kepada pemrintah Belanda. Apabila tidak maka mereka harus bekerja kasar
untuk kepentingan penjajah sebagai resiko dari tidak membayar pajak.
Ketekunan
adalah juga salah satu sikap yang menonjol dari diri Bung Karno. Dari ketekunan
inilah lahir sikap kerja keras dan perjuangan yang tidak mengenal lelah, termasuk
untuk memerdekakan Indonesia.
Waktu memang
terus bergulir, tapi waktu takkan pernah bisa mengubur semua kenangan kehidupan Bung Karno bersama masyarakat kota
Ende. Kecuali memang sengaja dilupakan.-
Hormat
& Salam dari Penulis.
*** Kritik & Saran dari Pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan tulisan ini.
*** Kritik & Saran dari Pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan tulisan ini.
Sumber : BUNG
KARNO dan PANCASILA – Ilham Dari Flores Untuk Nusantara.
Membaca tulisan ini terharu ketika kita mengenang semua Jasa Bung Karno. Namun untuk generasi sekarang kepada para anak didik perlu dibekali dan diajarkan tentang sejarah ini untuk selanjutnya dilakonkan atau didramakan semua anak didik pada setiap sekolah agar Gedung Imaculata Ende bisa dimanfaatkan secara baik dan tidak mubasir.
BalasHapus